Film Horror dengan subgenre zombie sudah identik dengan segala sesuatu yang berasken Barat. Apa jadinya jika genre film tersebut diberi sentuhan lokal? Inilah yang The Societies saksikan di momen Press Screening film terbaru karya sutradara Kimo Stamboel, “Abadi Nan Jaya”. Acara peluncuran ini dihadiri oleh jajaran pemeran utama, termasuk Mikha Tambayong, Eva Celia, Donny Damara, Dimas Anggara, Marthino Lio, Ardit Erwandha, Claresta Taufan, Varen Arianda Calief, dan Kiki Narendra, serta kreator dan produser.
Mengambil latar di sebuah desa terpencil dekat Yogyakarta yang menjadi tempat tinggal keluarga pemilik usaha jamu ternama, film ini mengangkat isu konflik keluarga yang dipicu oleh ambisi sang kepala keluarga untuk mempertahankan kekuasaan dan hasrat untuk awet muda. Hal tersebut secara tak terduga memicu keretakan dan wabah zombi yang mencekam melalui sebuah varian produk jamu. Naskah film ini ditulis oleh Kimo Stamboel bersama Agasyah Karim dan Khalid Kashogi, dengan Edwin Nazir bertindak sebagai produser.

“Dari awal, kami memang menginginkan film ini harus kental dengan ke-Indonesiaannya. Saya ingin sekali ada hal-hal yang jarang diangkat karena film ini akan tayang di platform global, dan saya mempertimbangkan lokalitas apa yang bisa kami coba untuk diperkenalkan ke dunia,” ujar Kimo mengenai visinya untuk menciptakan kisah zombi yang berakar kuat pada budaya Indonesia.
Ia merinci bahwa elemen-elemen unik lokal yang diangkat meliputi penyebab virus yang berasal dari jamu, latar pedesaan, perayaan sunatan, musik dangdut, azan, petasan, dan detail kecil lainnya. “Semoga bisa diterima dan dianggap sebagai sesuatu yang berbeda serta menarik,” tambahnya.
Kualitas visual dan gerakan yang unik dalam film ini tidak terlepas dari kerja keras tim di balik layar. Koreografer Boby Ari Setiawan mengungkapkan bahwa ia menjalani enam bulan riset untuk menggarap ratusan karakter zombi, memastikan setiap gigitan menghasilkan gestur yang berbeda.
“Setiap kali ada efek dari satu gigitan, misalnya di tangan atau leher atau kaki, berakibat pada gestur yang berbeda-beda. Begitu pula ada teknik vokal dan getaran tubuh tertentu yang dipakai, ini semua harus dilatih setiap pemeran [zombi] dengan sungguh-sungguh,” jelas Boby.

Di sisi pemeran utama, Mikha Tambayong menyampaikan apresiasinya terhadap lingkungan syuting yang aman dan solid. “Syuting dijalankan sesuai kronologi cerita, perjalanan emosi yang dibutuhkan pun tidak terlalu susah karena kami diberi kesempatan untuk melewati fase-fase seperti dalam film, misalnya dari keluarga yang utuh tapi disfungsional, bertemu zombi, hingga memasuki mode nekat.”
Donny Damara, yang bertransformasi menjadi salah satu zombi, mengutarakan bahwa pengalamannya tidak semudah yang dibayangkan. “Kami berusaha menguasai gerakan yang benar melalui workshop yang cukup melelahkan. Kami mengerjakan ini dengan keringat dan penuh semangat, semoga hasilnya pun baik,” katanya.
Sementara itu, Eva Celia memuji kemewahan waktu yang diberikan oleh Netflix untuk proses produksi selama enam bulan. “Dari awal sudah mendapat disclaimer bahwa film ini akan physically, emotionally, dan psychologically demanding, dan kami diberi waktu yang lapang oleh Netflix. Saya juga ingin mengucapkan apresiasi pada para pemeran zombi yang harus berlari-lari di panasnya lokasi syuting lengkap dengan prostetik, film ini tidak mungkin terwujud tanpa mereka,” tuturnya.

Film “Abadi Nan Jaya” tayang secara global mulai 23 Oktober 2025, hanya di Netflix.
