“Jika Jepang memiliki Kimono dan Korea memiliki Hanbok yang dapat dikenal masyarakat dunia sebagai identitas pakaian negara mereka, Indonesia seharusnya juga dapat melakukan hal yang sama dengan kebaya”. Seperti itulah kira-kira kalimat yang terlontar dari Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation di acara konferensi pers mengenai perilisan film pendek #KitaBerkebaya yang diadakan pada Selasa (22/7) di Galeri Indonesia Kaya.
Kalimat tersebut membuat The Societies berfikir seberapa ‘modern’ kah publik masa kini hingga terkadang, lebih tertarik untuk melihat maupun mengadaptasi budaya bangsa lain dan melupakan khasanah budaya sendiri? Isu tersebut diangkat oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ke dalam sebuah pendek berjudul #KitaBerkebaya, dalam rangka menyambut perayaan Hari Kebaya Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 Juli. Bukan sekadar film pendek biasa, karya ini menjadi sebuah pengingat bahwa kebaya bukan sekadar busana tradisional atau simbol nostalgia – tetapi juga wujud dari sikap, perlawanan, dan kebanggaan perempuan Indonesia.

Disutradarai oleh sutradara ternama, Bramsky, #KitaBerkebaya mengeksplorasi dan meneguhkan identitas kebaya bukan hanya sebagai simbol masa lalu – melainkan identitas budaya hidup yang relevan dan terus berkembang bagi perempuan Indonesia serta cocok dikenakan untuk berbagai aktivitas modern – baik lokal maupun internasional.
Produksi film ini turut melibatkan lebih dari 250 perempuan dari beragam komunitas seperti Kebaya Menari, Abang None Jakarta, hingga peserta Intensif Musikal Budaya. Deretan nama besar dari dunia seni dan hiburan Indonesia seperti Maudy Ayunda, Maudy Koesnaedi, Tara Basro, Dian Sastrowardoyo, Eva Celia, Raihanun, Titi Radjo Padmaja, Andien, dan Lutesha, turut tampil di dalam film pendek ini.
Sebagai simbol budaya yang terus berevolusi, kebaya tidak hanya dikenakan untuk mengenang masa lampau, tetapi juga menyuarakan masa kini dan masa depan perempuan Indonesia. Melalui film pendek #KitaBerkebaya, Bakti Budaya Djarum Foundation ingin membangkitkan kesadaran bahwa mengenakan kebaya merupakan sebuah tindakan bermakna atau dalam kata lain – sebuah keberanian untuk merawat tradisi serta merayakan identitas diri di tengah perubahan zaman.
“Film ini menjadi ruang di mana perempuan dapat menyuarakan sikapnya, bukan lewat teriakan, melainkan melalui benang dan kain yang dikenakan dengan penuh keyakinan. Kami ingin orang melihat bahwa kebaya juga merupakan saksi perjalanan hidup perempuan yang mengiringi dari masa ke masa, mencerminkan kebijaksanaan dan keindahan yang tumbuh bersama waktu, terus berevolusi namun tetap setia pada jati dirinya. Kebaya adalah cerminan perjalanan, sekaligus pernyataan sikap,” tutur Bramsky selaku sutradara.

Film pendek #KitaBerkebaya” dapat disaksikan melalui kanal YouTube Indonesia Kaya mulai Kamis, 24 Juli 2025.
