Furnitur dan fashion adalah dua bidang yang saling mempengaruhi satu sama lain. Desainer fashion seringkali adalah trendsetter pertama dalam hal palet warna, motif, dan atmosfer – sementara merek furnitur dapat menyerap dan mengadaptasi tren estetika terbaru dari fashion untuk menciptakan koleksi yang relevan dan bernilai tinggi. Konsep inilah yang diwujudkan dalam kolaborasi produsen furnitur mewah terkemuka di Indonesia, Saniharto, dengan desainer mode kelas dunia, Tex Saverio dalam peluncuran “Melati Collection”.
Mengambil inspirasi dari bunga nasional Indonesia, melati, yang melambangkan kemurnian, ketenangan, dan keindahan yang abadi, koleksi ini merupakan perwujudan sempurna dari perpaduan antara warisan keterampilan tangan Saniharto yang unggul dan visi artistik Tex Saverio yang kaya imajinasi. Selain itu, kolaborasi ini berhasil melahirkan rangkaian furnitur yang melampaui aspek desain fungsional, menghadirkan ketenangan, keanggunan yang bersahaja, serta makna budaya yang mendalam di setiap ruang.

Dikenal secara global berkat gaya couture avant-garde dan kemampuannya bercerita melalui karya, Tex Saverio membawa sentuhan artistiknya ke dunia desain interior melalui koleksi eksklusif ini. “Melati Collection” sendiri menampilkan tiga karya utama berupa “Mahkota” (lemari armoire dengan ukiran rumit dan detail artistik), “Jenar” (credenza multifungsi), dan “Sekar” (meja sentral dengan keseimbangan estetika dan struktur inovatif).
Seluruh koleksi dibuat dengan dedikasi khas Saniharto terhadap presisi dan keberlanjutan. Menggunakan material kayu oak cokelat tua dengan aksen kuningan dan sentuhan emas, setiap karya mencerminkan kelembutan kelopak melati yang halus sekaligus memancarkan kemewahan yang berkelas tinggi.
“Bunga melati merepresentasikan kesederhanaan dan kedalaman, dan dualitas inilah yang menginspirasi saya dalam menciptakan Melati Collection,” ujar Tex Saverio. “Visi saya adalah menerjemahkan keseimbangan lembut ini menjadi karya furnitur yang tidak hanya memperindah ruang, tetapi juga menceritakan kisah tentang keindahan, warisan, dan ketenangan.”

Merysia Enggalhardjo, CEO Saniharto, menambahkan bahwa Melati Collection sekaligus menjadi bukti nyata atas dedikasi brand tersebut terhadap keahlian dan inovasi, terutama dalam perayaan ulang tahun ke-35 Saniharto. “Dengan rasa terima kasih yang mendalam kepada Tex Saverio dan Francine Denise, koleksi ini memadukan warisan budaya Indonesia dengan keanggunan kontemporer—melambangkan kemurnian, ketulusan, dan keindahan yang abadi,” kata Merysia. “Tonggak perak ini menandai perjalanan kami selama 35 tahun dalam menegakkan standar keunggulan—sebuah penghormatan terhadap komitmen dan semangat yang terus membawa kami melangkah maju,” tuturnya.
Senada dengan hal tersebut, Sang Design Director, Francine Denise, yang juga terlibat dalam Alice Collection (2019), menyatakan, “Melati Collection tidak hanya mencerminkan warisan budaya Indonesia, tetapi juga mengekspresikan kemurnian dan ketulusan yang abadi. Setiap desain diciptakan untuk menghadirkan harmoni, keanggunan, dan ketenangan dalam setiap interior.”

Kolaborasi ini berawal dari kekaguman Merysia Enggalhardjo terhadap gaya artistik Tex Saverio. Gagasan untuk menerjemahkan visi kreatif tersebut ke dalam karya furnitur disambut antusias – menandai dimulainya kemitraan kreatif yang bermakna ini. “Melati Collection” yang menjadi puncak perjalanan kreatif lima tahun ini merupakan simbol penghormatan atas 35 tahun dedikasi dan keunggulan Saniharto. Nama Saniharto sendiri merupakan akronim dari nama-nama empat pendirinya—Santoso, Yani, Harsono, dan Winarto—melambangkan semangat kebersamaan dan warisan untuk terus bermimpi besar.
Melalui koleksi ini, Saniharto menegaskan kembali komitmennya dalam mengangkat seni dan keahlian Indonesia ke panggung dunia. Dengan memadukan bahasa desain Tex Saverio yang imajinatif dan keterampilan tangan khas Saniharto, “Melati Collection” sukses menyatukan keahlian struktural abadi dari Saniharto dengan visi artistik yang berani dan penuh storytelling (Tex Saverio), menghasilkan benda yang bukan hanya fungsional, tetapi juga memiliki keanggunan, makna, dan identitas budaya yang kuat.
