Pasha Chrisye: Keeping the Legacy Alive

7 min read

Dewasa ini, mungkin Anda sering melihat berita mengenai konser bertajuk “Lifetime: Tribute to Chrisye Concert” lalu lalang di laman utama berbagai platform sosial media. Mendengar judul konser ini, tentunya kenangan akan legenda musik terbaik tanah air, Chrismansyah Rahadi yang dikenal akrab dengan panggilan Chrisye, kembali hidup dan membawa perasaan hangat di hati setiap penggemarnya.

Berbeda dengan konser tribut yang pernah diadakan sebelumnya, konser yang akan diadakan pada 16 September mendatang di Istora Senayan ini digagas oleh sosok yang paling lekat dan akrab dengan sang legenda, yaitu Pasha Chrisye. Sebagai anak dari Chrisye, tentunya Pasha memiliki beragam kisah istimewa dan personal dari sang ayah yang membuat pertunjukan “Lifetime: Tribute to Chrisye Concert” menjadi persembahan paling intimate dan berbeda yang pernah dihadirkan kepada publik.

Selain menjaga karya sang ayah agar tetap abadi, konser ini juga menjadi bukti dari passion dan komitmen Pasha dalam dunia musik yang digelutinya saat ini. Meski akrab dengan dunia musik sedari kecil, sang penyanyi justru menemukan passion bermusik di usia matang melalui sebuah proses spiritualitas awakening pada tahun 2021 silam. “Sebelum terjun ke musik, saya pernah menjadi karyawan kantor. Di masa itu, saya merasa belum menjadi diri sendiri secara sepenuhnya,” tuturnya. Seakan menjawab kegundahan yang dialaminya, Pasha mengalami awakening moment setelah berhasil melalui masa sulit pada tiga tahun lalu. “Semesta seakan menyadarkan jati diri saya yang sejati melalui momen tersebut dan membuat saya menemukan diri sendiri, yaitu melalui musik,” tutur Pasha.

Courtesy of Musica

Meski menemukan jalan hidup sejati di dunia musik di usia matang, keakraban Pasha dengan musik mendorongnya menciptakan sejumlah lagu di masa lalu. “Setelah mengalami kebangkitan spiritual, lagu-lagu tersebut saya rekam menjadi demo dan dikirim ke sejumlah label. Musica menjadi label yang langsung melakukan approach kepada saya sekitar bulan September – Oktober di tahun tersebut,” kisahnya. Tentunya, hal ini menjadi istimewa karena record label Musica juga lah yang menaungi sang ayah.

Terlahir sebagai anak dari seorang legenda musik rupanya memperkaya sudut pandang perjalanan Pasha terhadap industri hiburan dan musik. Salah satunya adalah efek dari ketenaran yang terkadang luput dari pandangan. “Papa memiliki empat anak dan kami semua menggemari musik namun, saat itu saya berpikir ulang jika ingin berkarir di dunia tersebut karena melihat bagaimana Papa jarang memiliki privacy di waktu luangnya karena harus berinteraksi dengan penggemar dan dikerumuni orang di manapun,” kenangnya. Meski bertolak belakang dengan dirinya yang sangat menghargai privacy, Pasha lebih bisa menerima hal tersebut sejak awakening moment dimana Ia belajar untuk fokus kepada diri sendiri dan menganggap hal tersebut sebagai bagian dari hiruk-pikuk dunia hiburan.

“Dulu saya sangat tidak percaya diri dan sangat memperdulikan perkataan orang serta nervous ketika di atas panggung. Tetapi, melalui proses ini,saya semakin tumbuh berkembang sebagai seorang musisi dan pribadi,” cerita Pasha yang baru saja merilis lagu “Kuingin Kamu” pada 14 Agustus lalu. Dengan passion yang mendalam di dunia musik juga lah yang mendasari Pasha merilis sejumlah lagu seperti single pertamanya, “Bidadari” di tahun 2022 dan hits single kolaborasi dengan sahabat karibnya, Kevin Aprilio yang berjudul “Hanya Kau yang Kumau”.

Courtesy of Musica

Proses pembuatan lagu tersebut terbilang cukup unik karena awalnya “Hanya Kau yang Kumau” merupakan lagu ciptaan Pasha yang akan dihadiahkan kepada Vierra. Hal ini bermula ketika Kevin ingin membantu sang musisi di dalam lagu demo berbahasa Inggris dengan genre emo ciptaannya yang berjudul “Dark Night of The Soul”. “Sebagai penyuka musik emo, Kevin ingin menyumbang nada keyboard di lagu tersebut dan memperjuangkan agar track tersebut rilis. Meski belum berjodoh di track itu, suatu hari Ibu Acin (Produser Musika) meminta kami berdua untuk membuat sebuah lagu mengingat ikatan persahabatan yang kuat di antara saya dan Kevin serta para ayah kami dan terciptalah lagu tersebut,” ujar Pasha.

Persahabatan dengan Kevin juga turut menjadi salah satu peranan penting dalam terciptanya konser “Lifetime: Tribute to Chrisye Concert”. “Awal mula tercetusnya konser ini adalah quotes Papa yang berbunyi ‘Saya hanya menorehkan setitik tinta di musik indonesia untuk diteruskan oleh generasi selanjutnya agar terus-menerus menjadi tali yang tidak akan pernah putus’ dan album “Senyawa” di mana beliau berkolaborasi dengan para musisi muda saat itu dan sempat ingin membuat bagian dua dari album tersebut sebelum beliau berpulang,” kenang Pasha.

Berdasarkan hal tersebut, Pasha membayangkan jika sang ayah masih hidup, pastinya Ia akan berkolaborasi dengan pemusik muda di jaman sekarang dan hal itu disampaikan kepada sang sahabat. Gayung bersambut, Kevin memperkenalkan Pasha dengan sang drummer, Ryan Hazairin yang juga bekerja di Event Organizer bernama We Offer Wonders (WOW) dan tercetuslah ide konser tersebut. Berbeda dengan konser tribut Chrisye sebelumnya, “Lifetime: Tribute to Chrisye Concert” akan menghadirkan tiga chapter ( “Awal Masa”, “Masa Emas” dan “Legacy”) yang akan meng-highlight perjalanan karir sang legenda yang dibuat oleh 3 produser musik muda, yaitu Enrico Octaviano, Marco Steffiano dan Rayendra Sunito.

Courtesy of Instagram/@lifetime.chrisye

Menampilkan sejumlah nama besar seperti Afgan, Once, David Bayu, Mahalini, Rizky Febian dan Kevin Aprilio, Pasha berusaha mewujudkan impian sang ayah dan bisa dibilang – konser ini merupakan gambaran dari ‘Bagaimana Jika’ album “Senyawa” bagian dua dirilis di era sekarang. Sentuhan personal pun terasa dari pengisi acara yang dipilih langsung olehnya. “Seluruh nama yang terlibat di konser ini memiliki peranan penting dan nilai personal. Salah satunya adalah Afgan yang terinspirasi memulai karir di dunia musik karena Papa dan Once yang memiliki karakter suara mirip Papa,” ungkapnya.

Menjadi anak dari seorang legenda tentunya bak koin yang memiliki dua sisi bagi Pasha. ‘Gift and Curse’ – begitulah hal yang dirasakan oleh Pasha mengenai hal tersebut. “Terlahir menjadi anak dari Chrisye membawa gift and curse tersendiri bagi saya. Cursenya adalah bayang-bayang papa sangatlah besar dan itu terkadang membuat saya meragukan apakah saya bisa maju sendiri sebagai seorang Pasha Chrisye. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya akhirnya sadar juga dan melihat ini sebagai sebuah privilege,” ucap Pasha. Meski mendapat keuntungan, Pasha tidak merasa Ia mendompleng nama besar sang ayah karena Ia justru berusaha keras menjaga legacy ayahnya agar tidak lekang dimakan waktu setelah kepergian beliau. “Mendompleng adalah jika aku ikut papa manggung di saat beliau masih hidup. Justru yang saya lakukan sekarang adalah mengharumkan nama papa dan memperkenalkan papa ke generasi berikutnya,” tegasnya.

Courtesy of Musica

Meski memiliki hubungan darah, Pasha mengaku memiliki perbedaan dengan sang ayah dari segi musik dan kepribadian. “Saya lebih bermain dengan konsep band, sementara papa sering membawakan lagu yang berkonsep manis. Untuk penulisan lirik, banyak orang yang terlibat di dalam lagu Papa, sementara saya menulis dan memproduksi lagu sendiri,” kisah pria yang menjawab “Di Batas Akhir Senja” dan “ Andai Aku Bisa” sebagai lagu favoritnya dari seluruh karya sang ayah. Terkenal dengan sosok yang cool di atas panggung, Pasha mengingat sang ayah sebagai sosok yang hangat dan rendah hati. “Walaupun papa adalah seorang legenda, Ia tidak sungkan bersahabat dengan masyarakat kecil dan selalu memastikan kebutuhan anak-anaknya terpenuhi. Sisi lain papa yang tidak banyak orang ketahui adalah seorang Chrisye menggemari Blink-182, The Police, Box Car Racer dan Matchbook Romance,” cerita Pasha yang berpendapat kegemaran sang ayah berawal dari akar musik progressive yang dibawakan Chrisye saat tergabung di dalam grup Gipsy bersama Keenan Nasution, Roni Harahap dan Oding Nasution.

Berada di bawah bayang-bayang besar sosok sang ayah justru menjadi pemicu semangat Pasha untuk semakin melebarkan karyanya di industri musik tanah air dan melestarikan legacy seorang Chrisye. “Saya ingin menampilkan diri saya secara utuh. Saat ini, saya rasa publik masih baru melihat sekitar 60 – 70% saja. Tentunya, ini merupakan sebuah proses berkembang dan belajar. Sementara untuk papa, aku berharap sosok beliau lebih dikenal generasi muda karena banyak yang familiar dengan karya papa, namun belum familiar dengan sosoknya,” tutup Pasha.

 

More From Author